Catatan TentanG..

artikel (1) bisnis (4) cinta (3) diary (17) have fun aja.. (1) home (11) muhasabah (7) puisi (9) religi (9) renungan (8) umum (4)

Tuesday, December 30, 2008

akHiR TaoN

akHiR TaoN
30 Desember 2008


tak terasa akan berakhir juga taon
lekas menjadi pudarlah kenangan
makin hilang oleh jaman

akan hilang masa-masa berpacaran
akan dilupa masa-masa suram penderitaan
tak tau kemarin adalah penuh perjuangan
dihantam beratnya pembelajaran

waktu memang cepat berjalan
baru kemaren rasanya ku belajar
uda 4 taon ternyata berjuang
ditambah 1 taon kelimpungan

ahh,, sekarang sudah sampe sini
lembah terakhir mau ke tanjakan
terjal juga kayaknya,,

saatnya ku melangkah pergi
tapi bukan untuk turun lagi
kan kutanjaki bukit penuh misteri
yang dipuncaknya salju abadi

mungkin ku takkan sampai di puncak
mungkin juga iya,,
smuanya sudah dihitung
digambar penuh cermat
sampe titik berapa
kuharus berhenti mendaki
....



--by Arif Affandi,2008--

Friday, September 19, 2008

LAGI MERENUNG...

RENUNGAN ...


















Hai orang terperdaya
Renungkanlah kematian
Kesulitan
Penderitaan
dan kepahitannya ...
Janji kematian itu benar,
Ia cukup menggetarkan hati
Membuat mata menangis
Menakutkan banyak orang
dan Ia memutuskan
Segala kenikmatan serta angan-angan
Hai anak Adam ...
Pernahkah engkau memikirkan hari kematianmu ???
Perpindahan dari tempatmu ???
Pernahkah merenungkan saat engkau dipindahkan dari keluasan ke kesempitan ????/
Engkau diambil dari Kasur dan Pakaian .... Hingga Telanjang...?????
Ditutupi dengan batu-bata dan tanah ??
Janji Kematian itu benar,
Hai pengumpul harta ....
Demi Allah,
Engkau tidak lagi mempunyai Harta selain KAFAN ....
Bahkan demi Allah ...
Kafan itupun hancur dan rusak ...
Sedangkan tubuhmu,
Menjadi tanah ....
dan kembali ke TEMPAT ASALmu
Menunggu suatu masa yang tiada batas ....
Renungkanlah ....


--by arif affandi, 2008--

Tuesday, July 8, 2008

di setiap Minggu pagi...



Indah benar ini hari
Seperti biasa di minggu pagi
Ku berlari sendiri
Memakai sepatu dan kaos kaki
Kaos oblong dan celana pendek se-kaki
Streching dulu biar ga lemas kaki
Kuitari al-akbar 3 kali...
Sampe ga kuat ini kaki
Nikmati dengan sendiri...

bergumul dalam lingkup massa
Kuperhatikan orang-orang...
Berlari pelan-kadang cepat
Ada yang sengaja melambat-lambat
Berjalan berdua berimpit-dekat
Atau sekadar berpeluk ria dalam hangat
...

”Sudah tak usah diambil pusing..”
”kamu inginkan surga apa ngga’..?”
Begitu nasehat hatiku berkata
...

Capek juga ternyata
Keringat keluar deras membasah
Duduk menengadah...
Kupersiapkan uang beberapa
Dua lembar 5 ribu rupiah
Ditambah 3 lembar seribu rupiah

Kucari orang yang biasanya
Seorang bapak tua...
Berjalan???
Bukan..bukan..
Dia tak punya kaki..

Masya Allah...
Aku tak berani membayangkannya
Dia benar-benar
seorang yang selalu membuatku ingin menangis...
Dengan tubuh kurus..legam..telanjang
Hanya dengan celana pendek kusam
Merangkak terseok diantara jubelnya orang pasar
Ia Merangkak dengan satu tangan
dan dengan sisa secuil ’dengkul’nya...
Sementara tangan yg lain sibuk dengan gelas plastik kecilnya
Menawarkan dagangan Allah berupa sedekah dan belas kasihan...

Bahkan ia tak kuasa membawa gelas itu...
Karena jari-jarinya separuh hilang..
’mungsret’ tinggal jempol dan telunjuk seadanya...
Masya Allah..
Aku tak berani membayangkannya
...

Akhirnya kutemukan dia dalam kerumunan pasar...
Diantara himpitan ratusan orang...
Yang mungkin,
tak lagi perduli dengan orang macam dia
Mereka sibuk sendiri...

Kulihat gelas yang diseretnya dengan susah payah
Hanya ada beberapa receh rupiah
Sekali lagi ku ingin menangis
...

Ada banyak sekali ratusan orang di tempat ini
Bahkan mungkin hampir seribu...
Tapi mengapa hanya beberapa receh...????
Bahkan ini tak akan bisa dibelikannya untuk sebungkus nasi..
Tak mungkin cukup uang segitu..

Aku meratapinya hingga seakan ...
air mata ini semakin ingin keluar
....

Sudah semakin sombongkah orang-orang?
Sudah semakin egoiskah bangsa ini...???
Pantas saja bumi ini semakin tak kerasan duduk ditempatnya
Mungkin ia ga rela dihuni orang2 seperti kita...
Huh..

Ku taroh selembar 5rb rupiah di gelasnya
Dengan cepat ia mengambilnya..disisihkan di kantong celananya
Masih ku ingin menangis
Ingin sekali kuangkat dia dari tanah...
Kupapah dan kugendong ke rumah
Kuberi makan hingga kenyang
Kupekerjakan dia tak usah lagi di jalan
...

Mungkin suatu saat nanti
Akan tiba saatnya...

Tapi
Air mata ini rasanya semakin ingin keluar
...


--by arif affandi, 2008