Catatan TentanG..

artikel (1) bisnis (4) cinta (3) diary (17) have fun aja.. (1) home (11) muhasabah (7) puisi (9) religi (9) renungan (8) umum (4)

Monday, November 2, 2009

MENGGAPAI MIMPI (part 1) -Di Suatu Rabu Malam..Alang-alang-

MENGGAPAI MIMPI (part 1) -Di Suatu Rabu Malam..Alang-alang-
2 Nopember 2009


Mimpi. Hiduplah dengan mimpi..dan IKHLASKAN. Yah, itulah kata kunci yang begitu menginspirasiku malam itu. Berawal dari sebuah diskusi ringan yang biasa kami lakukan menyikapi perkembangan sanggar Alang-alang yang makin hari, makin berkibar. H.Didit Hape, Aku biasa memanggilnya Om Didit, salah satu pemenang Nominasi Heroes 2009 pada program acara Kick Andy, sekitar bulan Februari lalu. Seorang mantan Reporter kawakan di salah satu Televisi nasional, yang sudah lebih dari sepuluh tahun mengabdikan jiwa dan raganya untuk mengentaskan dan mendididk anak-anak jalanan, anak-anak miskin & terlantar yang banyak berkeliaran di sudut-sudut kota Surabaya.

“Naah..iki Rif, yang Om inginkan..wis,Sip iki..!” Begitu spontanitas ala Suroboyoan yang beliau ungkapkan ketika melihat gambar desain bangunan yang Aku ajukan, mengawali diskusi empat-mata malam itu. “Waah..ini baru..ada unsur etnisnya, unsur modernya juga masuk.. Pasti langsung di setujui oleh pak Walikota” Kata beliau menambahkan.
“Pokoknya begitu kita sukses dalam program 10 ini, proposal desain ini langsung kita ajukan ke pak Wali”. Lanjut beliau. Program 10 ini adalah program yang diajukan sanggar Alang-alang dalam memeriahkan peringatan hari Pahlawan 10 Nopember 2009 di Surabaya. Mempunyai arti ’10 anak jalanan akan bermain (pertunjukan kesenian) selama 10 hari, di 10 tempat, dan berakhir pada tanggal 10, pada acara puncak peringatan tanggal 10 Nopember di Tugu Pahlawan, Surabaya. Rencana anak-anak Alang-alang akan manggung bersama beberapa penyanyi dan Grup Band Nasional, seperti Ungu,Wali,dll.

“Kebetulan mas Bambang (Pak.Bambang D.H,Walikota Surabaya)sekarang ini lagi ada kunjungan ke Jepang, khusus melihat penataan Urban Farmer di sana. Nah, begitu dia balik, langsung kita ajukan Desain ini” kata beliau bersemangat sambil melihat-lihat sekali lagi gambar desain yang Aku buat.

Sanggar alang-alang memang berencana membuat suatu wadah baru bagi teman-teman yang hampir selesai belajar di sanggar, dalam bentuk Griya Urban Farming. Satu tahun sebelum anak-anak negeri ini selesai belajar di Alang-alang (umur 18 tahun), mereka harus dibina dengan materi ‘kamandirian’ dan ‘entrepereneur’ di tempat ini. Tema yang di usung dalam unit/griya ini berfokus pada Urban Farming, karena menurut Om Didit, urban farming merupakan salah satu solusi yang unik bagi kota besar seperti Surabaya, dan bisa diterapkan oleh siapa saja, tak terkecuali oleh teman-teman di Alang-alang yang notabene berlatar belakang dari jalanan dan identik dengan ‘keliaran’ & ‘kemiskinan’.

“Ada gambar print outnya ga Rif..?”tanya Om Didit. ”ini Om, sudah saya siapkan” Jawab saya seraya membuka lembar2 gambar yang diminta Om Didit. “Ini akan saya pajang di kamar saya, Rif..” Ungkap beliau.
Hmm..sejenak ku berpikir.. dipajang?? Bukannya belum jadi? Masih dalam taraf desain? Tapi Sebelum akhirnya ku bertanya, Om Didit sudah lebih dahulu menjawab, “Saya biasa memajang apa saja yang menjadi Obsesi Om, Rif. Ketika Om punya suatu impian, apapun entah itu tulisan, foto, gambar, pasti Om taruh di dinding kamar dekat pintu masuk. Biar setiap kali Om datang, pergi dan datang lagi, Obsesi & mimpi itu selalu masuk dalam pikiran Om..”

OOO.. baru ‘ngeH’ Aku mendengar penjelasannya. Terhenyak ku membayangkan betapa perjuangan beliau selama sepuluh tahun ini dan melihat kondisi sanggar Alang-alang sekaranG, pada hari ini. Yaah, semuanya berawal dari sebuah ‘mimpi’. Mimpi-mimpi yang selalu beliau ‘visualisasikan’ dalam alam pikiran serta perasaannya.. Yah, salah satunya lewat media gambar yang ditempelkan itu..cerdas sekali, pikirku..

Sebagaimana yang sudah sering beliau ceritakan padaku, Hasil yang beliau capai bersama Alang-alang sekarang, merupakan buah dari perjuangan yang teramat panjang. Bagaimana dulu awal-awal beliau merintis sanggar ini. Dari sebuah ‘mimpi’ dan filosofi yang terkesan begitu sederhana, namun memiliki makna yang begitu Besar.
Sebagaimana namanya, Alang-alang, anak jalanan sering dianggap masyarakat sebagai sesuatu yang liar, tidak ada manfaatnya kecuali hanya mengganggu tanaman lain dan tak jarang merusak pemandangan. Tapi seliar-liarnya alang-alang, juga ciptaan Tuhan yang pasti ada manfaatnya. Setidaknya alang-alang di pedesaan sering dimanfaatkan sebagai atap gubug, tempat berteduh. Di perkotaan, alang-alang sering menjadi pelengkap dekoratif yang artistik untuk cafe, bar, restoran dan hotel. Bahkan konon akar alang-alang merupakan jamu atau obat mujarab penghilang stress.

Mimpi ini tak mudah dijalaninya. Apalagi untuk mengubah image dan persepsi orang tentang anak jalanan, yang selama ini termarginalkan atau terpinggirkan di tengah kehidupan masyarakat sehari-hari.
Waktu itu hanya ada beberapa anak jalanan, diajaknya satu persatu untuk belajar kesenian. Lambat laun, dengan dukungan beberapa orang tua anak, akhirnya bisa menyewa sepetak tanah milik PJKA di pojokan jalan Gunungsari, sisi barat terminal Joyoboyo, tempat sanggar berdiri sampai sekarang.

Kini ’mimpi-mimpi’ itu telah menuai jadi kenyataan. Sepuluh tahun lebih sanggar alang-alang berdiri, sudah ratusan anak-anak liar menjadi saksi buah didikan dan keikhlasan beliau. Anak Negeri (begitu Om Didit menyebut mereka), yang dulunya anak yang liar,binal,jorok,kumuh dan susah diatur, setelah dibina di sanggar Alang-alang berubah perilakunya menjadi anak yang santun, bersih, sehat dan lebih berbudaya. Bahkan, ketika pertama kali Aku bertemu dengan anak-anak ini, Aku bisa ’terenyuh’ menahan tangis, takjub-haru menyaksikan betapa santun dan ’indahnya’ perilaku mereka. Entah kekuatan apa yang mendorongku untuk pergi sendirian ke tempat ini untuk pertama kalinya waktu itu. Dan ketika itu hatiku sudah mengatakan ’naah, ini yang aku cari’. Tempat di mana aku menemukan kekuatan cahaya yang maha dahsyat ini.

Sepertinya, hal ini jugalah yang membuat Ibu Muetea Hatta (Menteri Pemberdayaan Perempuan) sampai menangis terharu, ketika berjumpa untuk pertama kalinya dengan anak-anak Alang-alang dalam rangka peresmian program baru Alang-alang, BIAN (Bimbingan Ibu dan Anak Negeri), awal Oktober lalu. Anak-anak yang notabene miskin ini bahkan sempat menitipkan sumbangan seadanya untuk korban bencana gempa Padang, dimana Bu Muetea waktu itu akan pergi ke sana. Bahkan Sang Ibu berjanji, akan menyampaikan dan menceritakan ’kenangan’ & ’ketakjuban’nya bersama Alang-alang pada Presiden RI secara langsung.

Sungguh adalah sesuatu mukjizat, ketika dua orang menteri negara (salah satunya, Adhyaksa Dault) telah mau meluangkan waktunya di sebuah tempat yang sangat sempit dan ’teramat sederhana’ aku pikir, untuk ukuran kunjungan kenegaraan. Bahkan sampai mereka bisa meneteskan air mata..

Dan ini semua tak lepas dari sebuah ’mimpi’. Mimpi-mimpi Om Didit yang selalu beliau visualisasikan di alam pikiran-perasaan.. baru kemudian tindakannya mengikuti..

Ketika beliau mulai mengkonsep program BAP (Bimbingan Anak Perawan) misalnya, beliau selalu mulai dengan ‘mimpi’ yang tertuang dalam konsep-konsep yang selalu beliau tulis dan tempelkan (baca: visualisasikan) di dinding kamarnya. Bimbingan Anak Perawan sendiri merupakan bimbingan yang dikhususkan untuk anak perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan anak perempuan korban trafficking. Alhasil, Bimbingan Anak Perawan menjadi pemenang pertama dalam salah satu program sayembara tingkat Dunia yang diselenggarakan ILO.

Begitu pula Bimbingan Anak Berbakat (BAB). Kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan khusus bagi anak-anak yang mempunyai minat & bakat dibidang seni dan olahraga. Dengan ’mimpi-mimpi’, kesungguhan dan sekali lagi ’KEIKHLASAN’ beliau, di luar dugaan, anak-anak Alang-alang yang notabene dulu dianggap sebagai sampah masyarakat ternyata mampu meraih prestasi yang sangat membanggakan.
Telah berulang kali, Anak-anak Alang-alang meraih Juara lomba seni musik dan kerajinan di tingkat lokal dan nasional. Diundang diberbagai festival kesenian, bahkan sampai tingkat nasional di hadapan Presiden RI.
Tak mau kalah, Boxing Camp Alang-alang, satu-satunya sasana tinju milik anak terlantar, yang hanya berlatih di jalanan di malam hari ini telah banyak meraih Juara di berbagai kejuaraan tinju junior, baik kejuaraan daerah maupun kejuaraan nasioanl. Sampai-sampai, Menpora Adhyaksa Dault menulis catatan kecil tentang Alang-alang Boxing Camp:
Untuk Anak-anakku di Alang-alang BC
Hidup Hanya Sekali
Gunakan Tuk Mengabdi
Pada Ilahi Rabbi
Dan Mari Kita Bangun Negeri
Olahraga Jaya Giri
Syurga Tujuan Abadi!!

Seiring prestasi dan puluhan penghargaan yang diraih, sanggar Alang-alang makin hari makin dikenal publik, tidak hanya sampai tingkat Nasional, nama sanggar Alang-alang bahkan telah menembus perhatian di tingkat Internasional. Karena konsistensinya, puluhan bantuan baik dari dalam maupun luar negeri masuk, salah satunya dari UNICEF dan ILO. Tapi ini semua tak akan meluluhkan ’mimpi-mimpi’ Om Didit, Sang Bapak anak jalanan untuk terus berbenah dan meningkatkan kualiatas pendidikan anak-anak ini.

Aku pikir, Sekali lagi disinilah kuncinya..
Selalu dimulai dari sebuah MIMPI, selalu diVISUALISASIkan dan dilakukan dengan kesungguhan & ‘KEIKHLASAN’.

Ketika Aku mengungkapkan, ”Om, saya punya satu ’impian’. Mungkin ga, kedepannya Alang-alang bisa Mandiri mengurus dirinya sendiri. Tidak perlu meminta bantuan dari luar. Manajemennya dikelolah secara bagus...”. Belum selesai aku meneruskan mimpi-mimpi dalam benak ini, Om Didit langsung menjabat tanganku erat, seraya meneruskan kata-kataku, ”Itu juga yang menjadi keinginan Om, Rif.. Om Sangat setuju. Ke depannya kita harus punya manajemen yang dikelolah secara professional, mungkin seperti YDSF. Kita tidak akan lagi meminta bantuan, tapi justru akan jadi Funding (pemberi bantuan).”

Wow..ternyata kita satu hati-pikiran-semangat. Bersyukur sekali rasanya Aku bisa mengenal beliau dan akhirnya bisa menjadi ’Bagian’ dari sebuah ’Perjuangan’ yang tak pernah mengenal imbalan ini.
Semoga ’mimpi-mimpi’ ini terus berkibar dan tiada pernah luntuR hingga akhir zaman.

UNTUKMU SAUDARA-SAUDARAKU DI ALANG-ALANG..
I LOVE U ALL



--by Arif Affandi,2009--