Tag: artikel,diary,religi,umum
also posted at: http://www.facebook.com/arifaffandi
Hidup dengan Cahaya Hati (part 1)
28 September 2009
Sebuah film tengah ditonton banyak orang malam itu..Ketika Cinta Bertasbih 2..menarik sekali.. Sebuah cerita tentang romantisme dan.. tau sendiri laah critanya..
....
Tapi bukan, bukan tentang isi ceritanya yang menggelitik hatiku untuk kembali menulis..
Sejenak kuperhatikan cahaya yang keluar dari mesin proyektor di ruang atas. Dari sebuah kepingan CD yang berisi rekaman film, keluar lewat cahaya dan akhirnya muncullah sebuah film yang bisa dinikmati banyak orang.
Hmmm..ternyata ini..!
Ternyata kita juga sama.. Manusia juga tengah membuat film..Film yang berisi tentang segala perilakunya, tindakan dan aktivitasnya mulai bangun tidur sampai tidur lagi, dan begitu seterusnya setiap hari sampai dia mati.
Dan ternyata..film2 yang tengah kita buat setiap hari itupun berasal dari sumber yang satu, ada di dalam diri kita masing-masing..apa itu? Jawabannya adalah ’HATI’. Sebagaimana sebuah film di bioskop tadi, Hidup kita sesungguhnya adalah cahaya yang keluar dari proyektor di ruang hati kita.
Jadi setiap apa yang kita lakukan, hasil apapun yang kita dapatkan, kesuksesan & kegagalan hidup, kekayaan, kemiskinan, sakit, sehat, kesulitan, kemudahan, semuanya bersumber dari ’hati’ kita. Kita ingin jadi orang seperti apapun, entah pengusaha, karyawan, buruh, petani, pengangguran sampe gelandangan pun itu tergantung pada ’hati’ kita. Simpelnya, cerita apapun yang akan kita buat dalam mengarungi hidup dapat kita ubah dan tentukan sendiri dengan ’hanya’ mengganti hati (baca: perasaan) kita, semudah ketika kita mengganti keping CD dari tempatnya. Nah..Loooh..ko bisa..?
Catatan TentanG..
Monday, September 28, 2009
Saturday, September 26, 2009
‘where is Allah in my Heart?’
‘where is Allah in my Heart?’
25 September 2009
Dimana Allah SWT dalam Hati kita? Renungkan dan pikirkanlah kalimat ini, Saudaraku. Karena Ali bin Abi Thalib ra, pernah menyifatkan keadaan para shalihin di zamannya dengan mangatakan:
“azhumal khaliqu fii quluubihim, fashaghura maa duunahu fii a’yunihim” (Sungguh Keagungan Allah telah mendominasi dinding hati mereka, Karenanya menjadi kecil dan tidak berartilah di mata mereka, selain Allah).
Para sahabat dan salafussalih, Mereka menjadi besar karena telah meyakini kebesaran dan keagungan Allah SWT. Kedudukan mereka menjadi tinggi, karena telah meninggikan Allah SWT. Jiwa mereka telah sibuk dengan hanya mengagungkan Allah SWT, sehingga mereka menjadi tidak takut kecuali karena Allah, menjadi tidak tenang kecuali bila dekat kepada Allah, menjadi tidak memiliki tempat bersandar kecuali kepada Allah, menjadi tidak mempunyai tempat bergantung kecuali Allah. ‘KEAGUNGAN’ Allah telah ‘meRAJAi’ hati mereka.
25 September 2009
Dimana Allah SWT dalam Hati kita? Renungkan dan pikirkanlah kalimat ini, Saudaraku. Karena Ali bin Abi Thalib ra, pernah menyifatkan keadaan para shalihin di zamannya dengan mangatakan:
“azhumal khaliqu fii quluubihim, fashaghura maa duunahu fii a’yunihim” (Sungguh Keagungan Allah telah mendominasi dinding hati mereka, Karenanya menjadi kecil dan tidak berartilah di mata mereka, selain Allah).
Para sahabat dan salafussalih, Mereka menjadi besar karena telah meyakini kebesaran dan keagungan Allah SWT. Kedudukan mereka menjadi tinggi, karena telah meninggikan Allah SWT. Jiwa mereka telah sibuk dengan hanya mengagungkan Allah SWT, sehingga mereka menjadi tidak takut kecuali karena Allah, menjadi tidak tenang kecuali bila dekat kepada Allah, menjadi tidak memiliki tempat bersandar kecuali kepada Allah, menjadi tidak mempunyai tempat bergantung kecuali Allah. ‘KEAGUNGAN’ Allah telah ‘meRAJAi’ hati mereka.
Monday, September 21, 2009
Ketika kita Berlabuh
Ketika kita Berlabuh
30 Maret 2009
Dunia,
Sandaran,
Labuhan
...
Di sini dunia
Kita hanya inginkan isi kapal, bekal
Hanya sebentar saja,
Mungkin hanya sehari
Atau setengah hari
Kita kan pergi lagi
Isi kapal dengan sebanyak bekal
Di sana
Lautan luas tiada tepi
Perjalanan panjang kawan
...
Sebuah hamparan
keabadian
Bahkan kita semua akan ke sana
Di sana,
kita berhenti untuk kekal
Isi kapal dengan sebanyak bekal
Karna pasti kita di sana akan ada sesal
Akan ada tangis beribu
Orang-orang yang minta kembali berlabuh
Tapi tak bisa kawan,
Cukuplah ini Tuhan kasih kesempatan
Jangan pernah siakan
Cukup sekali ini sandaran, labuhan
Isi dan isi terus kawan,
Karna pasti, kita di sana akan ada sesal
...
--by Arif Affandi,2009--
30 Maret 2009
Dunia,
Sandaran,
Labuhan
...
Di sini dunia
Kita hanya inginkan isi kapal, bekal
Hanya sebentar saja,
Mungkin hanya sehari
Atau setengah hari
Kita kan pergi lagi
Isi kapal dengan sebanyak bekal
Di sana
Lautan luas tiada tepi
Perjalanan panjang kawan
...
Sebuah hamparan
keabadian
Bahkan kita semua akan ke sana
Di sana,
kita berhenti untuk kekal
Isi kapal dengan sebanyak bekal
Karna pasti kita di sana akan ada sesal
Akan ada tangis beribu
Orang-orang yang minta kembali berlabuh
Tapi tak bisa kawan,
Cukuplah ini Tuhan kasih kesempatan
Jangan pernah siakan
Cukup sekali ini sandaran, labuhan
Isi dan isi terus kawan,
Karna pasti, kita di sana akan ada sesal
...
--by Arif Affandi,2009--
Menjadi ’Cengeng’
Menjadi ’Cengeng’
Januari 2009
Barusan ku masih bisa ketawa
Lepas saja tanpa berasa
Tapi di langgar kini
Jadi termenung sendiri
Tak terasa mata tlah merah
Berambah merah jua makin lama
Muncul setetes buih-bening-linang
Januari 2009
Barusan ku masih bisa ketawa
Lepas saja tanpa berasa
Tapi di langgar kini
Jadi termenung sendiri
Tak terasa mata tlah merah
Berambah merah jua makin lama
Muncul setetes buih-bening-linang
Dari Chairil Anwar untuk arif affandi
Dari Chairil Anwar untuk arif affandi
Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai,
Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara yang kucintai ‘kan berhenti membelai.
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut
Kita – anjing diburu –
hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang
tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur
atau di ranjang
lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat
Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu
Jika bedil sudah disimpan, Cuma kenangan berdebu;
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat.
Karena itu jangan mengerdip,tatap dan penamu asah,
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah!
--Ch.Anwar-- 1946
Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai,
Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara yang kucintai ‘kan berhenti membelai.
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut
Kita – anjing diburu –
hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang
tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur
atau di ranjang
lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat
Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu
Jika bedil sudah disimpan, Cuma kenangan berdebu;
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat.
Karena itu jangan mengerdip,tatap dan penamu asah,
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah!
--Ch.Anwar-- 1946
Thursday, September 17, 2009
I LOVE U.. RASULULLAH
Menaati perintah-Nya itu baik.
Mengikuti sunnahnya itu juga baik.
Hanya saja, itu semua tidak cukup.
Sering kita melupakan satu hal. Apa itu?
Mencintai Sang Nabi dengan sungguh-sungguh.
Sejenak, tolong kita jawab:
- Pernahkah kita betul-betul merindukannya?
- Pernahkah kita berharap kehadirannya dalam mimpi kita?
- Pernahkah kita bercerita tentangnya dengan begitu bersemangat?
- Pernahkah hati kita tergetar saat orang lain menyebut namanya?
- Pernahkah kita betul-betul menangis karena dia?
- Seringkah kita bershalawat kepadanya di tengah-tengah kesibukan kita?
Tolong juga dijawab:
- Jangan-jangan kita lebih merindukan pasangan kita?
- Jangan-jangan kita lebih berharap kehadiran almarhum orangtua kita daripada dia, dalam mimpi kita?
- Jangan-jangan kita tidak pernah menangis karena dia?
- Jangan-jangan...
Dulu, seorang sahabat pernah berkata kepada Sang Nabi, ”Aku mencintai engkau sama seperti aku mencintai diriku sendiri.” Lantas, bagaimana tanggapan Sang Nabi? ”Itu tidak boleh. Kamu mesti mencintai aku melebihi cintamu terhadap dirimu sendiri.” Di kesempatan yang lain, seorang lelaki yang biasa-biasa saja amalannya pernah dijanjikan surga oleh Sang Nabi. Kenapa? Karena ia begitu mencintai Sang Nabi.
Sungguh, air mata kita tidak pantas menetes untuk apapun, untuk siapapun, kecuali untuk Dia dan dia. Sungguh, kita tidak pantas mengidolakan dan meneladani siapapun, kecuali dia (Walaupun kita boleh belajar dari siapapun). Yah, inilah yang sesungguhnya. Dan ingat juga, kelak kita akan dikumpulkan dengan orang-orang yang betul-betul kita cintai. Nah, apakah dia orang yang betul-betul kita cintai?
........
Mengikuti sunnahnya itu juga baik.
Hanya saja, itu semua tidak cukup.
Sering kita melupakan satu hal. Apa itu?
Mencintai Sang Nabi dengan sungguh-sungguh.
Sejenak, tolong kita jawab:
- Pernahkah kita betul-betul merindukannya?
- Pernahkah kita berharap kehadirannya dalam mimpi kita?
- Pernahkah kita bercerita tentangnya dengan begitu bersemangat?
- Pernahkah hati kita tergetar saat orang lain menyebut namanya?
- Pernahkah kita betul-betul menangis karena dia?
- Seringkah kita bershalawat kepadanya di tengah-tengah kesibukan kita?
Tolong juga dijawab:
- Jangan-jangan kita lebih merindukan pasangan kita?
- Jangan-jangan kita lebih berharap kehadiran almarhum orangtua kita daripada dia, dalam mimpi kita?
- Jangan-jangan kita tidak pernah menangis karena dia?
- Jangan-jangan...
Dulu, seorang sahabat pernah berkata kepada Sang Nabi, ”Aku mencintai engkau sama seperti aku mencintai diriku sendiri.” Lantas, bagaimana tanggapan Sang Nabi? ”Itu tidak boleh. Kamu mesti mencintai aku melebihi cintamu terhadap dirimu sendiri.” Di kesempatan yang lain, seorang lelaki yang biasa-biasa saja amalannya pernah dijanjikan surga oleh Sang Nabi. Kenapa? Karena ia begitu mencintai Sang Nabi.
Sungguh, air mata kita tidak pantas menetes untuk apapun, untuk siapapun, kecuali untuk Dia dan dia. Sungguh, kita tidak pantas mengidolakan dan meneladani siapapun, kecuali dia (Walaupun kita boleh belajar dari siapapun). Yah, inilah yang sesungguhnya. Dan ingat juga, kelak kita akan dikumpulkan dengan orang-orang yang betul-betul kita cintai. Nah, apakah dia orang yang betul-betul kita cintai?
........
Wednesday, September 16, 2009
arti nama orang-orang Jawa ...
Dibalik nama-nama pria Jawa sesungguhnya ada harapan tertentu dari orangtuanya, agar anaknya kelak bisa sesuai yg diharapkan.
>
>Contohnya :
>
>Pandai menanam bunga, diberi nama
>Rosman.
>
>Pandai memperbaiki mobil, diberi nama
>Karman.
>
>Pandai main golf, Parman.
>
>Pandai dalam korespondensi, Suratman.
>
>Gagah perkasa, Suparman.
>
>Kuat dalam berjalan, Wakiman.
>
>Berani bertanya, Asman.
>
>Ahli membuat kue, Paiman.
>
>Pandai berdagang,
> Saliman.
>
>Pandai melukis, Saniman.
>
>Agar jadi orang kaya, Sugiman.
>
>Agar besar nanti pandai cari muka, Yasman
>
>Suka begituan, Pakman
>
>Suka makan toge goreng, Togiman
>
>Selalu ketagihan, Tuman
>
>Suka telanjang, Nudiman
>
>Selalu sibuk terus, Bisiman
>
>Biar pinter main game ..... Giman
>
>Biar bisa sering cuti .... Sutiman
>
>Biar jadi juragan sate .... Satiman
>
>Biar jadi juragan trasi .... Tarsiman
>
>Biar pinter memecahkan problem ....
>Sukarman
>
>Biar kalau ujian ndak usah mengulang ....
>Herman
>
>Biar pinter bikin jus .... Yusman
>
>Biar jadi orang yang berwibawa .... Jaiman
>
>Biar jadi pemain musik .... Basman
>
>Biar awet muda .... Boiman
>
>Biar pinter berperang .... Warman
>
>Biar jadi orang Bali.... Nyoman
>
>Biar jadi orang Sunda .... Maman
>
>Biar lincah seperti monyet .... Hanoman
>
>Biar jadi
> orang Belanda .... Kuman
>
>Biar tetep tinggal di Jogja .... Sleman
>
>Biar jadi tukang sepatu handal .... Soleman
>
>Biar tetep bisa jalan walau ndak pake mesin .... Delman
>
>Whahahahaha. ....
>
>Contohnya :
>
>Pandai menanam bunga, diberi nama
>Rosman.
>
>Pandai memperbaiki mobil, diberi nama
>Karman.
>
>Pandai main golf, Parman.
>
>Pandai dalam korespondensi, Suratman.
>
>Gagah perkasa, Suparman.
>
>Kuat dalam berjalan, Wakiman.
>
>Berani bertanya, Asman.
>
>Ahli membuat kue, Paiman.
>
>Pandai berdagang,
> Saliman.
>
>Pandai melukis, Saniman.
>
>Agar jadi orang kaya, Sugiman.
>
>Agar besar nanti pandai cari muka, Yasman
>
>Suka begituan, Pakman
>
>Suka makan toge goreng, Togiman
>
>Selalu ketagihan, Tuman
>
>Suka telanjang, Nudiman
>
>Selalu sibuk terus, Bisiman
>
>Biar pinter main game ..... Giman
>
>Biar bisa sering cuti .... Sutiman
>
>Biar jadi juragan sate .... Satiman
>
>Biar jadi juragan trasi .... Tarsiman
>
>Biar pinter memecahkan problem ....
>Sukarman
>
>Biar kalau ujian ndak usah mengulang ....
>Herman
>
>Biar pinter bikin jus .... Yusman
>
>Biar jadi orang yang berwibawa .... Jaiman
>
>Biar jadi pemain musik .... Basman
>
>Biar awet muda .... Boiman
>
>Biar pinter berperang .... Warman
>
>Biar jadi orang Bali.... Nyoman
>
>Biar jadi orang Sunda .... Maman
>
>Biar lincah seperti monyet .... Hanoman
>
>Biar jadi
> orang Belanda .... Kuman
>
>Biar tetep tinggal di Jogja .... Sleman
>
>Biar jadi tukang sepatu handal .... Soleman
>
>Biar tetep bisa jalan walau ndak pake mesin .... Delman
>
>Whahahahaha. ....
Saturday, September 5, 2009
Di Dekat Cahaya..
Di Dekat Cahaya..
25 Nopember 2008
Di sini..
sepi sendiri
dalam sesak
kumasih tetap sepi..
ada apakah gerangan..?
adakah hati ini sedih..?
jawabnya..
iya..
tapi bukan,
bukan karna cinta yg meluka,
bukan pula karna ada dihina,
keterasingan manungsa
hati ini pilu
luruh
sendu
rusuh
malu
...
Cintanya tak pernah habis sendat
Tapi ku tak kuasa dekat
Betapa cahaya itu selalu datang
Menerang
Aku hanya diam tak bergerak
Sedikitpun tidak
....
Ku tetap dalam gelap
Masih terasing dari cinta
Yang sebenarnya begitu dekat
Tapi ku tak kuasa kudekat
by Arif Affandi,2008
25 Nopember 2008
Di sini..
sepi sendiri
dalam sesak
kumasih tetap sepi..
ada apakah gerangan..?
adakah hati ini sedih..?
jawabnya..
iya..
tapi bukan,
bukan karna cinta yg meluka,
bukan pula karna ada dihina,
keterasingan manungsa
hati ini pilu
luruh
sendu
rusuh
malu
...
Cintanya tak pernah habis sendat
Tapi ku tak kuasa dekat
Betapa cahaya itu selalu datang
Menerang
Aku hanya diam tak bergerak
Sedikitpun tidak
....
Ku tetap dalam gelap
Masih terasing dari cinta
Yang sebenarnya begitu dekat
Tapi ku tak kuasa kudekat
by Arif Affandi,2008
Subscribe to:
Posts (Atom)